Waktu terus berjalan. Pertengahan Juni Febi tidak lagi pernah muncul ke luar. Sebelumnya wanita asal asli Cianjur itu memang jarang bergaul dengan warga disekitar. Biasanya dia hanya keluar apabila ingin mencari makanan, mandi atau untuk sekedar membeli susu sanset untuk bayinya. Semenjak dia sakit bungkusan makanan berisi nasi dan roti dibawakan oleh Wadidi, setiap pagi dan malamnya.
Warga sekitar mulai curiga. Tangisan bayi terdengar keras hingga jarak dua rumah yang ditempati perempuan tersebut. Romlah (30 tahun), warga yang tinggal bersebelahan itu mulai risih dengan tangisan bayi yang terdengar hampir setiap saat. “Mba anaknya menangis terus, mba tidak apa-apa,” tanya Romlah sambil mengetuk pintu rumah tersebut. Berulang kali dia melakukan hal yang sama, tetapi tetap saja tidak ada jawaban. Dia tidak berani membuka lantaran takut bila didalam ada suaminya
Keesokan harinya Saleh pemilik rumah menengok keadaan Febi. Febi hanya tergolek lemas di atas kasur. Tubuhnya sudah semakin kurus hanya terbungkus balutan kulit.Tulang-tulangnya mulai menonjol kedepan. Usianya yang masih muda terlihat sangat tua seperti seorang nenek-nenek. Kondisi anaknya pun tidak jauh berbeda. Dia berada di samping ibunya.
Saleh lalu meminta kepada Wadidi selaku orang yang mengaku sebagai suaminya untuk membawa perempuan tersebut ke Rumah sakit. Demikian juga dengan kondisi bayi itu yang kian memprihatinkan. “Istri dan anak bapak sudah sakit parah, bawalah ke Puskesmas atau Rumah sakit segera,” tegas Saleh kepada Wadidi. “Mau pake duit dari mana mas,” jawab Wadidi dengan nada lemas.
Setelah sakit itu Febi tidak pernah lagi mandi. Untuk buang kotoran saja harus dilakukannya di kamar dengan menggunakan ember yang berwarna hitam. Suaminya yang membantu mencucikan pakaian dan celananya. Sementara Bayi itu hanya diberikan susu sasetan yang harganya Rp 1.000. Terkadang air dingin pun terpaksa diberikan kepada bayi malang tersebut. Tidak ada biskuit apalagi makanan bergizi yang tersedia.
Wadidi biasa datang pada pukul 10 pagi sebelum dia bekerja. Sementara bila malam, dia mengunjungi istrinya pada 23.00. Dia berkunjung selama kurang lebih satu jam. Setelah itu dia balik kembali kepada istrinya yang tua.
Hingga suatu waktu tepatnya tanggal 28 Juni 2008, Wanita itu akhirnya meninggal dunia. Tubuhnya terlentang diatas dengan mengenakan kaos tidur berwarna kuning dan celana hitam. Badannnya sangat kurus, tidak ada lagi daging yang tersisa pada tubuhnya. Anaknya yang berusia sekitar enam bulan berada tepat di atas tubuh ibunya itu. Kondisinya sangat mengenaskann tidak jauh berbeda dengan ibunya. Di kepalanya terdapat benjolan besar dan bercak-bercak hitam. Sekitar mulutnya berwarna putih seperti orang yang tekena sariawan. “Hanya sisa bungkusan roti dan susu sasetan yang tersisa,” ujar Saleh.
Saat dia meninggal tidak ada sanak keluarga yang mengunjungi. Hanya warga sekitar dan polisi setempat yang datang ke rumah kontrakan itu. Polisi dari Sektor Kelapa Gading memeriksa keadaan korban. Tidak ada tanda kekerasan pada tubuhnya. Ibu itu meninggal karena sakit dan kelapaan. Jasadnya kemudia di bawa ke Rumah Sakit Cipto Mangungkusumo untuk pemeriksaaan lebih lanjut.